Rabu, 29 Mei 2013

GADGET RAMAH LINGKUNGAN



Gadget Ramah Lingkungan

     Teknologi terus berkembang setiap harinya. Dalam waktu bulanan, banyak produsen mengeluarkan produk terbarunya yang lebih canggih dibanding versi sebelumnya. Pasar perkembangan teknologi juga terus berkembang. Konsumen di negara berkembang pun telah menjadikan gadget sebagai simbol status sosial.
      Percepatan pertumbuhan teknologi ini nyatanya jadi masalah lingkungan. Gadget lama yang tidak digunakan lagi pada akhirnya menjadi limbah elektronik. Menurut Greenpeace, ada sekitar 20 sampai 50 juta ton limbah elektronik di dunia setiap tahunnya. Limbah ini merupakan sampah padat yang mana jumlah totalnya mencapai sekitar lima persen dari seluruh sampah perkotaan. Namun sebenarnya ada suatu cara untuk mendaur ulang limbah elektronik ini. Para ahli saat ini melihat bahwa barang elektronik seperti ponsel, kulkas, setrika, komputer, mesin cuci, televisi, AC, dll, sebenarnya memiliki nilai material yang berharga. Mendaur ulang barang elektronik bekas dapat mengurangi emisi karbon. Barang elektronik umumnya dibuat dengan material timbal, kadmium, bromin, plastik, yang masih memiliki nilai ekonomis.
     Consumer Electronics Association adalah produsen barang elektronik di Amerika yang giat mendorong orang untuk mau mendaur ulang limbah elektronik. Perusahaan ini telah menyebarkan virus ramah lingkungan dalam memanfaatkan barang elektronik. Cara yang paling sederhana dalam mengurangi limbah elektronik adalah dengan mendonasikannya kepada orang yang membutuhkan.
     Di Indonesia cara ini belum terlalu lazim. Banyak orang lebih suka menguangkan gadget lama mereka dengan cara menjualnya ke penadah dengan harga rendah atau dengan cara tukar tambah. Cara ini juga dapat dilakukan. Tapi kelemahannya, Anda tidak dapat memastikan bahwa barang elektronik Anda itu akan dipakai orang lain. Jika dijual ke toko, belum tentu akan segera laku. Padahal, harusnya Anda bertanggung jawab secara langsung untuk satu sampah elektronik yang Anda hasilkan. Akan lebih baik jika Anda menjualnya langsung ke teman dekat. Jadi Anda bisa memastikan bahwa barang elektronik itu dipergunakan kembali.
         Cara lain yang juga mudah dilakukan adalah dengan mereparasinya. Kalau ada komponen yang rusak, daripada membuangnya dan beli baru, lebih baik Anda memperbaiki dan mengganti beberapa bagiannya. Saat ini sudah banyak toko-toko yang menyediakan suku cadang atau komponen barang elektronik. Anda bisa mengurangi sampah sekaligus menghemat uang.
        Produsen barang elektronik di negara tertentu seperti Amerika Serikat dan Kanada telah banyak yang memiliki program daur ulang atas produk lama yang pernah mereka hasilkan. Program yang disebut sebagai Corporate Recycling Program ini bergerak secara nasional dengan cara mengumpulkan barang elektronik bekas. Mereka mengumpulkannya secara langsung dari konsumen maupun toko reparasi, lalu mendaur ulangnya di pabrik mereka, dan dijadikan bahan baku pembuatan produk baru.
       Di era moderen saat ini penggunaan peralatan elektronik menjadi suatu keharusan yang tak terelakan lagi. Aktifitas kehidupan saat ini tidak akan bisa terlepas dari peralatan elektronik. Mulai dari kebutuhan di dapur seperti : penanak nasi (rice cooker), oven microwave, kompor listrik, blender, kulkas, mesin cuci, dan dispenser ; kebutuhan informasi dan hiburan seperti televisi, radio, komputer dan laptop ; kebutuhan komunikasi seperti telepon genggam (HP), serta kebutuhan kenyamanan seperti pendingin ruangan (AC), kipas angin, tidak akan pernah jauh dari kegiatan kita sehari-hari.
     Seiring berjalannya waktu, penggunaan produk elektronik ini akan terus meningkat seiring dengan tuntutan modernitas, teknologi, kebutuhan yang semakin kompleks serta kepraktisan pemakaiannya. Tanpa disadari ini akan meningkatkan jumlah sampah yang dihasilkan dari produk-produk ini atau yang lebih populer dengan sebutan electronic waste (E-waste), tanpa kita tahu atau mungkin tidak peduli dibuang kemana sampah-sampah elektronik ini. 

        Padahal di dalam produk elektronik terkandung komponen-komponen yang berbahaya bagi lingkungan dan dikategorikan sebagai limbah B3 (bahan berbahaya dan beracun) seperti merkuri, timbal, kromium, arsenik dan lain-lain. Untuk itu perlunya penanganan khusus limbah jenis ini agar tidak mencemari lingkungan sekitarnya dan aman bagi manusia. Pendaur-ulangan sampah elektronik ini menjadi sangat krusial saat ini tidak hanya sebagai solusi penanganan masalah lingkungan seperti yang disebutkan sebelumnya tetapi juga untuk mendapatkan kembali material-material yang terkandung di dalamnya yang mempunyai nilai ekonomis tinggi dan bisa dimanfaatkan kembali untuk bahan baku pembuatan produk baru.
        Asia Pasifik sendiri membuang lebih dari setengah sampah elektronik atau e-waste dari total sampah elektronik dunia, namun hanya 10 persen yang bisa didaur ulang. Kendati sudah saatnya regulasi soal sampah elektronik yang lebih ketat diimplementasikan di kawasan ini, namun hal itu masih terkendala banyak hal. Menurut utusan dari United Nations Environment Programme (UNEP) Dr. Park Young Woo, sampah elektronik di dunia terus bertambah sekitar 40% setiap tahun.
    

Jenis sampah ini meliputi 5% dari sampah solid di seluruh dunia. Jika tidak dibuang dengan benar, sampah elektronik berpotensi membahayakan lingkungan dan kesehatan manusia karena mengandung bahan-bahan beracun seperti merkuri, kadmium dan bahan yang mudah terbakar, yang bisa mengontaminasi lingkungan, terutama air. Selain itu, penanganan sampah elektronik yang tidak benar akan berpotensi menimbulkan kanker bagi manusia, dan berbagai masalah kesehatan lainnya. Utusan dari UNEP lainnya, Mushtaq Memon, seperti dilansir oleh eco-business.com menyatakan bahwa masih ada ketidaksinkronan antara regulasi di berbagai negara dengan implementasi pembuangan sampah elektronik ini. Namun di satu sisi disepakati bahwa sebenarnya ini adalah salah satu tanggung jawab utama produsen alat elektronik itu sendiri untuk mengurus sampah elektronik produk mereka, karena hal ini adalah bagian dari corporate social responsibility mereka. Terutama terkait dengan umur pemakaian produk serta desain produk yang bisa diperbarui dan digunakan ulang (renewable and re-usable).
Pakar dari Melbourne Institute of Applied Economic and Social Research, Chris Ryan merekomendasikan agar setiap produsen alat elektronik mengikuti panduan yang dibuat oleh UNEP tentang desain yang ramah lingkungan. Produk yang berorientasi lingkungan akan menekan dampak kerusakan lingkungan antara 60 hingga 80%. Terkait hal ini, edukasi terhadap para pengguna produk elektronik untuk memakai produk yang lebih ramah lingkungan menjadi sangat penting, dan akan membuat orang menjadi lebih bertanggung jawab untuk mendaur ulang produk yang mereka gunakan.
Chris Ryan menambahkan bahwa seiring dengan meningkatnya polusi dan limbah beracun, fokus terpenting dalam dua dekade mendatang adalah bagaimana upaya melakukan recovery material dan komponen. Selain untuk mencegah upaya greenwashing yang masih dilakukan oleh produsen elektronik di berbagai belahan dunia, pemerintah negara-negara di kawasan Asia Pasifik harus memberikan akreditasi bagi pelaksanaan corporate social responsibility (CSR) setiap produsen alat elektronik terkait penanganan limbah atau sampah eletronik produk mereka.
Beberapa teknologi telah diterapkan di negara maju untuk proses daur ulang limbah elektronik ini. Sebagian teknologi memberikan performa yang cukup bagus untuk dikembangkan. Sebagai negara berkembang, Indonesia tentunya berkeinginan mengadopsi teknologi tersebut, tentunya dengan penyesuaian untuk kondisi di Indonesia. Mengingat umumnya di negara asalnya, teknologi tinggi menjadi ciri khas produk mereka, sehingga penyesuaian menjadi teknologi menengah yang mampu dibuat dan diproduksi di dalam negeri menjadi poin penting penerapannya di Indonesia.
Pesatnya perkembangan teknologi Gadget dimasyarakat luas seperti iPhone, netbook, ultrabook dan sebangsanya patut diwaspadai. Hal ini mempunyai arti yang cukup jelas berhubungan dengan yang sering kita sebut sebagai ketergantungan terhadap teknologi. Selain sisi keuntungan dari gadget sebagai alat pembantu sehari-hari yang praktis, di lain sisi perangkat seperti ini dapat menimbulkan ancaman terhadap iklim inovasi yang telah terbangun selama bertahun-tahun dalam mengembangkan Internet.
Seiring makin digandrungi kegiatan daur ulang, kegiatan tersebut pun semakin berkembang pesat. Faktanya, bukan hanya botol plastik, kaleng, maupun kertas saja yang didaur ulang, sebagian masyarakat di negara maju seperti Amerika kini juga telah melakukan kegiatan daur ulang barang-barang elektronik.
Menurut US Environmental Protection Agency (EPA) kegiatan daur ulang barang elektronik ini ada karena kontribusi barang elektronik dalam tumpukan sampah ternyata sangat besar. Berdasarkan survey terbaru EPA, hingga kini hanya 18% dari 2,25 juta ton barang elektronik yang terdiri dari TV, ponsel dan komputer yang berhasil didaur ulang, sedangkan selebihnya sebesar 82% berakhir ditempat pembuangan sampah. EPA menyatakan, mereka sangat menyanyangkan terjadinya hal tersebut. Sebab, bila didaur ulang barang-barang elektronik ini dapat menghasilkan keuntungan yang sangat besar bagi para pelakunya.
EPA menuliskan, dari setiap satu juta ponsel yang didaur ulang dapat menghasilkan sebanyak 35 pound tembaga, 772 pound perak, 75 kilogram emas dan 33 pound paladium yang dapat digunakan kembali. Untuk mendaur ulang gadget seperti handphone, langkah mudah yang disarankan EPA ialah dengan memberikan ponsel tersebut kepada anak atau kerabat daripada membuangnya ke tempat sampah. Namun, bila rusak tentunya Anda perlu memperbaikinya terlebih dulu. Selain itu langkah lain yang dapat dilakukan ialah menjual gadget tersebut. Dalam mendukung kegiatan recycle barang elektronik ini perusahan IT ternama dunia AT&T mengadakan program tukar tambah. Para pemilik handphone lama bisa menjual handphone tersebut kemudian menukarnya dengan handphone terbaru.
Dalam laporannya, EPA menuliskan bukan hanya mendaur ulang handphone saja yang menguntungkan, melainkan daur ulang laptop dan komputer juga sangat bermanfaat. Bahkan bukan hanya untuk diri pribadi, melainkan orang lain. Misalnya saja, bila Anda memberikan perangkat komputer ataupun laptop tua yang dimiliki kepada sekolah yang sebagian besar muridnya berasal dari kalangan masyarakat menegah kebawah. Bisakah dibayangkan betapa senangnya mereka akan hal tersebut. Tetapi, bila Anda memilih untuk menjual perangkat elektronik, hal tersebut juga disarankan, salah satu langkah yang dapat dilakukan ialah memasukan profil gadget ke situs jual beli online seperti eBay.
Seperti yang dilansir dari salah satu artikel di majalah Parent, ThinkGreen.com menyatakan membuang TV maupun barang elektronik lain ke tempat sampah sangatlah beresiko tinggi dan tidak aman. Karena, bukan hanya mencemari lingkungan saja, namun juga dapat membahayakan dan bisa memicu hal yang tidak diinginkan.
Salah satu contoh produsen gadget yang berinisiatif untuk mengurangi sampah adalah perusahaan smartphone HTC. HTC dan operator telekomunikasi O2 punya ide untuk menjual smartphone tanpa charger di Inggris. Menurut O2, 70% konsumen di Inggris yang membeli smartphone baru, telah punya charger untuk smartphonenya. Biasanya, charger tersebut milik smartphone lama yang sudah rusak. Terlebih, alat pengisi baterai ini adalah charger universal yang bisa digunakan untuk semua smartphone. Akibatnya, ada lebih dari 100 juta charger nganggur alias tak terpakai.
Dengan mengurangi jumlah charger, O2 dan HTC berharap bisa mencegah dampak kerusakan lingkungan. Setidaknya, mereka juga turut berupaya menekan jumlah komponen dan kemasan yang diperlukan untuk penjualan charger baru.
beberapa contoh gadget lain yang mulai mengacu pada kepentingan lingkungan adalah sebagai berikut :
 

  1. Cardboard USB Stick 
Dibuat oleh Colin Garceau-Tremblay, USB stick 1GB ini terdiri dari kardus daur ulang dan datang dalam piring terus menerus dari lima tombol dan setiap tombol dapat terlepas dengan kracking plak pada garis putus-putus. Di antara logam dan plastik mengkilap bergaya USB stick pada umumnya, sepotong karton mungkin kurang menarik daya pikat, tapi itu untuk kebaikan lingkungan.

2.   Recompute

Dirancang oleh Brenden Macaluso, recompute adalah cara baru berpikir tentang komputer bahwa lapisan ide berkelanjutan di seluruh siklus hidup untuk membuat produk yang berkelanjutan secara keseluruhan yang dapat dengan mudah direplikasi. Terbuat dari karton yang dapat didaur ulang, komputer ini tidak memerlukan pengencang, sekrup, logam, plastik dan bahan lainnya yang dapat menambah tempat pembuangan sampah 

3.      Muji Portable Cardboard Speakers
 
Para pembicara Muji Portabel Karton lipat keluar hampir sepenuhnya untuk di simpan dan dapat dibawa berkeliling dengan mudah. Komponen elektronik kardus yang digabung dengan baik untuk membangun bagian yang unik.Keindahannya terletak dalam kesederhanaan. Ini adalah produk yang ramah lingkungan yang bertanggung jawab tampak efisien baik dari kemasan maupun penggunaanya.

4.      Recyclable Cardboard Laptop Concept
Dirancang oleh Je Sung Park, konsep Laptop Karton harus dibuat dengan menggunakan kertas daur ulang atau pulp kardus, yang dikemas dalam lapisan. Perbaikan sistem juga akan menjadi pekerjaan mudah, karena bagian yang rusak dapat dengan mudah diganti dengan yang baru dan dikirim untuk diperbaiki. 

5. B&D messenger

Dirancang oleh Okada Noriaki, tekat dirinya sebagai cara untuk kedua visual dan tuna rungu untuk berkomunikasi melalui pesan teks. Biaya produk telah diturunkan dengan membuat badanya dengan kardus.

6.  Samsung Blue Earth Phone
Perusahaan elektronik asal Korea Selatan ini sempat merilis ponsel touchscreen yang ramah lingkungan. Casing ponsel terbuat dari botol plastik bekas dan kotak pembungkusnya memakai tinta dari kedelai. Meskipun terbuat dari bahan daur ulang, jangan anggap remeh teknologinya. Blue Earth Phone memiliki kamera 3,2 Megapiksel, pemutar musik dan video, Bluetooth, 3G dan slot microSDHC.

7. Stylish Headphones 
Headphone keluaran Brit Ashcroft ini membuktikan bahwa bahan daur ulang juga bisa tampil mewah dan elegan. Bagian headband yang menghubungkan speaker headphone kiri dan kanan terbuat dari kayu gitar akustik yang sudah tak terpakai. Beberapa elemen dari headphone ini juga terbuat dari aluminum dan kulit pakaian bekas para musisi.

8. Centon DataStick Green
USB drive dengan kapasitas 2GB dan 4GB ini terbuat dari 100% material yang ramah lingkungan. Material pembungkus komponennya terbuat dari aluminum dan plastik daur ulang. 

9.  Timeless USB Watch
Design-Brother menciptakan 'Timeless Watch', sebuah jam tangan yang terbuat dari komponen-komponen komputer bekas. Menariknya lagi, jam ini juga bisa berfungsi sebagai USB dan mengisi ulang baterai jam saat dicolokkan ke slot komputer.

10.  Corky the Kinetic Mouse
Siapa sangka mouse dengan motif unik seperti batu marmer ini dibuat dari bahan daur ulang, Bagian luar mouse terbuat dari gabus bekas dan elemen plastik. 

11. Asus Bamboo Ecobook Computer
Casing laptop dengan desain klasik ini terbuat dari plastik daur ulang, dan bagian pinggirnya terbuat dari kardus. 

12. Sprout Eco Friendly Watch

Kemasan pembungkus dan pengait jam tangan ini terbuat dari pati jagung yang mudah terurai secara alami. Jarum penunjuk waktu dibuat dari batang bambu serta talinya dari katun organik. Sementara baterainya terbuat dari bahan bebas merkuri. 

     Diharapkan nantinya produk-produk ramah lingkungan akan semakin banyak dan menjadi prioritas bagi perusahaan atau vendor gadget pembuatnya, dan terus mengembangkan desain dan inovasi bagi konsumen yang terus tumbuh dan berkembang. Save our environment dengan menggunakan gadget ramah lingkungan.




Nama Kelompok :
1.     Muhammad Rezqy (E1E1 09 024)
2.     I Komang Ariana (E1E1 09 002)
3.     Nafia (E1E1 09 087)




Sumber




















Tidak ada komentar:

Posting Komentar