Teknologi terus
berkembang setiap harinya. Dalam waktu bulanan, banyak produsen mengeluarkan
produk terbarunya yang lebih canggih dibanding versi sebelumnya. Pasar
perkembangan teknologi juga terus berkembang. Konsumen di negara berkembang pun
telah menjadikan gadget sebagai simbol status sosial.
Percepatan pertumbuhan
teknologi ini nyatanya jadi masalah lingkungan. Gadget lama yang tidak
digunakan lagi pada akhirnya menjadi limbah elektronik. Menurut Greenpeace, ada
sekitar 20 sampai 50 juta ton limbah elektronik di dunia setiap tahunnya.
Limbah ini merupakan sampah padat yang mana jumlah totalnya mencapai sekitar
lima persen dari seluruh sampah perkotaan. Namun sebenarnya ada suatu cara
untuk mendaur ulang limbah elektronik ini. Para ahli saat ini melihat bahwa
barang elektronik seperti ponsel, kulkas, setrika, komputer, mesin cuci,
televisi, AC, dll, sebenarnya memiliki nilai material yang berharga. Mendaur
ulang barang elektronik bekas dapat mengurangi emisi karbon. Barang elektronik
umumnya dibuat dengan material timbal, kadmium, bromin, plastik, yang masih
memiliki nilai ekonomis.
Consumer Electronics
Association adalah produsen barang elektronik di Amerika yang giat mendorong
orang untuk mau mendaur ulang limbah elektronik. Perusahaan ini telah menyebarkan
virus ramah lingkungan dalam memanfaatkan barang elektronik. Cara yang paling
sederhana dalam mengurangi limbah elektronik adalah dengan mendonasikannya
kepada orang yang membutuhkan.
Di Indonesia cara ini
belum terlalu lazim. Banyak orang lebih suka menguangkan gadget lama mereka
dengan cara menjualnya ke penadah dengan harga rendah atau dengan cara tukar
tambah. Cara ini juga dapat dilakukan. Tapi kelemahannya, Anda tidak dapat
memastikan bahwa barang elektronik Anda itu akan dipakai orang lain. Jika
dijual ke toko, belum tentu akan segera laku. Padahal, harusnya Anda
bertanggung jawab secara langsung untuk satu sampah elektronik yang Anda
hasilkan. Akan lebih baik jika Anda menjualnya langsung ke teman dekat. Jadi
Anda bisa memastikan bahwa barang elektronik itu dipergunakan kembali.
Cara lain yang juga mudah dilakukan adalah dengan mereparasinya. Kalau ada komponen yang rusak, daripada membuangnya dan beli baru, lebih baik Anda memperbaiki dan mengganti beberapa bagiannya. Saat ini sudah banyak toko-toko yang menyediakan suku cadang atau komponen barang elektronik. Anda bisa mengurangi sampah sekaligus menghemat uang.
Cara lain yang juga mudah dilakukan adalah dengan mereparasinya. Kalau ada komponen yang rusak, daripada membuangnya dan beli baru, lebih baik Anda memperbaiki dan mengganti beberapa bagiannya. Saat ini sudah banyak toko-toko yang menyediakan suku cadang atau komponen barang elektronik. Anda bisa mengurangi sampah sekaligus menghemat uang.
Produsen barang
elektronik di negara tertentu seperti Amerika Serikat dan Kanada telah banyak
yang memiliki program daur ulang atas produk lama yang pernah mereka hasilkan.
Program yang disebut sebagai Corporate Recycling Program ini bergerak secara
nasional dengan cara mengumpulkan barang elektronik bekas. Mereka
mengumpulkannya secara langsung dari konsumen maupun toko reparasi, lalu mendaur
ulangnya di pabrik mereka, dan dijadikan bahan baku pembuatan produk baru.
Di era moderen saat ini
penggunaan peralatan elektronik menjadi suatu keharusan yang tak terelakan
lagi. Aktifitas kehidupan saat ini tidak akan bisa terlepas dari peralatan elektronik.
Mulai dari kebutuhan di dapur seperti : penanak nasi (rice cooker), oven
microwave, kompor listrik, blender, kulkas, mesin cuci, dan dispenser ;
kebutuhan informasi dan hiburan seperti televisi, radio, komputer dan laptop ;
kebutuhan komunikasi seperti telepon genggam (HP), serta kebutuhan kenyamanan
seperti pendingin ruangan (AC), kipas angin, tidak akan pernah jauh dari
kegiatan kita sehari-hari.
Seiring berjalannya
waktu, penggunaan produk elektronik ini akan terus meningkat seiring dengan tuntutan
modernitas, teknologi, kebutuhan yang semakin kompleks serta kepraktisan
pemakaiannya. Tanpa disadari ini akan meningkatkan jumlah sampah yang
dihasilkan dari produk-produk ini atau yang lebih populer dengan sebutan electronic waste (E-waste), tanpa kita
tahu atau mungkin tidak peduli dibuang kemana sampah-sampah elektronik ini.
Padahal di dalam produk
elektronik terkandung komponen-komponen yang berbahaya bagi lingkungan dan
dikategorikan sebagai limbah B3 (bahan berbahaya dan beracun) seperti merkuri,
timbal, kromium, arsenik dan lain-lain. Untuk itu perlunya penanganan khusus
limbah jenis ini agar tidak mencemari lingkungan sekitarnya dan aman bagi
manusia. Pendaur-ulangan sampah elektronik ini menjadi sangat krusial saat ini
tidak hanya sebagai solusi penanganan masalah lingkungan seperti yang
disebutkan sebelumnya tetapi juga untuk mendapatkan kembali material-material
yang terkandung di dalamnya yang mempunyai nilai ekonomis tinggi dan bisa
dimanfaatkan kembali untuk bahan baku pembuatan produk baru.
Asia Pasifik sendiri
membuang lebih dari setengah sampah elektronik atau e-waste dari total sampah
elektronik dunia, namun hanya 10 persen yang bisa didaur ulang. Kendati sudah
saatnya regulasi soal sampah elektronik yang lebih ketat diimplementasikan di
kawasan ini, namun hal itu masih terkendala banyak hal. Menurut utusan dari
United Nations Environment Programme (UNEP) Dr. Park Young Woo, sampah
elektronik di dunia terus bertambah sekitar 40% setiap tahun.
Jenis sampah
ini meliputi 5% dari sampah solid di seluruh dunia. Jika tidak dibuang dengan
benar, sampah elektronik berpotensi membahayakan lingkungan dan kesehatan
manusia karena mengandung bahan-bahan beracun seperti merkuri, kadmium dan
bahan yang mudah terbakar, yang bisa mengontaminasi lingkungan, terutama air.
Selain itu, penanganan sampah elektronik yang tidak benar akan berpotensi
menimbulkan kanker bagi manusia, dan berbagai masalah kesehatan lainnya. Utusan
dari UNEP lainnya, Mushtaq Memon, seperti dilansir oleh eco-business.com menyatakan
bahwa masih ada ketidaksinkronan antara regulasi di berbagai negara dengan
implementasi pembuangan sampah elektronik ini. Namun di satu sisi disepakati
bahwa sebenarnya ini adalah salah satu tanggung jawab utama produsen alat
elektronik itu sendiri untuk mengurus sampah elektronik produk mereka, karena
hal ini adalah bagian dari corporate social responsibility mereka. Terutama
terkait dengan umur pemakaian produk serta desain produk yang bisa diperbarui
dan digunakan ulang (renewable and re-usable).
Pakar dari
Melbourne Institute of Applied Economic and Social Research, Chris Ryan
merekomendasikan agar setiap produsen alat elektronik mengikuti panduan yang
dibuat oleh UNEP tentang desain yang ramah lingkungan. Produk yang berorientasi
lingkungan akan menekan dampak kerusakan lingkungan antara 60 hingga 80%.
Terkait hal ini, edukasi terhadap para pengguna produk elektronik untuk memakai
produk yang lebih ramah lingkungan menjadi sangat penting, dan akan membuat
orang menjadi lebih bertanggung jawab untuk mendaur ulang produk yang mereka
gunakan.
Chris Ryan
menambahkan bahwa seiring dengan meningkatnya polusi dan limbah beracun, fokus
terpenting dalam dua dekade mendatang adalah bagaimana upaya melakukan recovery
material dan komponen. Selain untuk mencegah upaya greenwashing yang
masih dilakukan oleh produsen elektronik di berbagai belahan dunia, pemerintah
negara-negara di kawasan Asia Pasifik harus memberikan akreditasi bagi
pelaksanaan corporate social responsibility (CSR) setiap produsen alat elektronik
terkait penanganan limbah atau sampah eletronik produk mereka.
Beberapa
teknologi telah diterapkan di negara maju untuk proses daur ulang limbah
elektronik ini. Sebagian teknologi memberikan performa yang cukup bagus untuk
dikembangkan. Sebagai negara berkembang, Indonesia tentunya berkeinginan
mengadopsi teknologi tersebut, tentunya dengan penyesuaian untuk kondisi di
Indonesia. Mengingat umumnya di negara asalnya, teknologi tinggi menjadi ciri
khas produk mereka, sehingga penyesuaian menjadi teknologi menengah yang mampu
dibuat dan diproduksi di dalam negeri menjadi poin penting penerapannya di
Indonesia.
Pesatnya
perkembangan teknologi Gadget dimasyarakat luas seperti iPhone, netbook,
ultrabook dan sebangsanya patut diwaspadai. Hal ini mempunyai arti yang cukup
jelas berhubungan dengan yang sering kita sebut sebagai ketergantungan terhadap
teknologi. Selain sisi keuntungan dari gadget
sebagai alat pembantu sehari-hari yang praktis, di lain sisi perangkat seperti
ini dapat menimbulkan ancaman terhadap iklim inovasi yang telah terbangun
selama bertahun-tahun dalam mengembangkan Internet.
Seiring makin
digandrungi kegiatan daur ulang, kegiatan tersebut pun semakin berkembang
pesat. Faktanya, bukan hanya botol plastik, kaleng, maupun kertas saja yang
didaur ulang, sebagian masyarakat di negara maju seperti Amerika kini juga
telah melakukan kegiatan daur ulang barang-barang elektronik.
Menurut US
Environmental Protection Agency (EPA) kegiatan daur ulang barang elektronik ini
ada karena kontribusi barang elektronik dalam tumpukan sampah ternyata sangat
besar. Berdasarkan survey terbaru EPA, hingga kini hanya 18% dari 2,25
juta ton barang elektronik yang terdiri dari TV, ponsel dan komputer yang
berhasil didaur ulang, sedangkan selebihnya sebesar 82% berakhir ditempat
pembuangan sampah. EPA menyatakan, mereka sangat menyanyangkan terjadinya hal
tersebut. Sebab, bila didaur ulang barang-barang elektronik ini dapat
menghasilkan keuntungan yang sangat besar bagi para pelakunya.
EPA menuliskan,
dari setiap satu juta ponsel yang didaur ulang dapat menghasilkan sebanyak 35
pound tembaga, 772 pound perak, 75 kilogram emas dan 33 pound paladium yang dapat
digunakan kembali. Untuk mendaur ulang gadget seperti handphone, langkah mudah
yang disarankan EPA ialah dengan memberikan ponsel tersebut kepada anak atau
kerabat daripada membuangnya ke tempat sampah. Namun, bila rusak tentunya Anda
perlu memperbaikinya terlebih dulu. Selain itu langkah lain yang dapat
dilakukan ialah menjual gadget tersebut. Dalam mendukung kegiatan recycle
barang elektronik ini perusahan IT ternama dunia AT&T mengadakan program
tukar tambah. Para pemilik handphone lama bisa menjual handphone tersebut
kemudian menukarnya dengan handphone terbaru.
Dalam
laporannya, EPA menuliskan bukan hanya mendaur ulang handphone saja yang
menguntungkan, melainkan daur ulang laptop dan komputer juga sangat bermanfaat.
Bahkan bukan hanya untuk diri pribadi, melainkan orang lain. Misalnya saja,
bila Anda memberikan perangkat komputer ataupun laptop tua yang dimiliki kepada
sekolah yang sebagian besar muridnya berasal dari kalangan masyarakat menegah
kebawah. Bisakah dibayangkan betapa senangnya mereka akan hal tersebut. Tetapi,
bila Anda memilih untuk menjual perangkat elektronik, hal tersebut juga
disarankan, salah satu langkah yang dapat dilakukan ialah memasukan profil
gadget ke situs jual beli online seperti eBay.
Seperti yang
dilansir dari salah satu artikel di majalah Parent, ThinkGreen.com menyatakan
membuang TV maupun barang elektronik lain ke tempat sampah sangatlah beresiko
tinggi dan tidak aman. Karena, bukan hanya mencemari lingkungan saja, namun
juga dapat membahayakan dan bisa memicu hal yang tidak diinginkan.
Salah satu
contoh produsen gadget yang berinisiatif untuk mengurangi sampah adalah
perusahaan smartphone HTC. HTC dan operator telekomunikasi O2 punya ide untuk
menjual smartphone tanpa charger di Inggris. Menurut O2, 70% konsumen di
Inggris yang membeli smartphone baru, telah punya charger untuk smartphonenya.
Biasanya, charger tersebut milik smartphone lama yang sudah rusak. Terlebih,
alat pengisi baterai ini adalah charger universal yang bisa digunakan untuk
semua smartphone. Akibatnya, ada lebih dari 100 juta charger nganggur alias
tak terpakai.
Dengan
mengurangi jumlah charger, O2 dan HTC berharap bisa mencegah dampak kerusakan
lingkungan. Setidaknya, mereka juga turut berupaya menekan jumlah komponen dan
kemasan yang diperlukan untuk penjualan charger baru.
beberapa contoh
gadget lain yang mulai mengacu pada kepentingan lingkungan adalah sebagai
berikut :
Dibuat oleh Colin Garceau-Tremblay, USB stick 1GB ini
terdiri dari kardus daur ulang dan datang dalam piring terus menerus dari lima
tombol dan setiap tombol dapat terlepas dengan kracking plak pada garis
putus-putus. Di antara logam dan plastik mengkilap bergaya USB stick pada
umumnya, sepotong karton mungkin kurang menarik daya pikat, tapi itu untuk
kebaikan lingkungan.
2.
Recompute
Dirancang oleh Brenden Macaluso, recompute adalah cara baru
berpikir tentang komputer bahwa lapisan ide berkelanjutan di seluruh siklus
hidup untuk membuat produk yang berkelanjutan secara keseluruhan yang dapat
dengan mudah direplikasi. Terbuat dari karton yang dapat didaur ulang, komputer
ini tidak memerlukan pengencang, sekrup, logam, plastik dan bahan lainnya yang
dapat menambah tempat pembuangan sampah
3.
Muji
Portable Cardboard Speakers
Para pembicara Muji Portabel Karton lipat keluar hampir sepenuhnya
untuk di simpan dan dapat dibawa berkeliling dengan mudah. Komponen elektronik
kardus yang digabung dengan baik untuk membangun bagian yang unik.Keindahannya
terletak dalam kesederhanaan. Ini adalah produk yang ramah lingkungan yang
bertanggung jawab tampak efisien baik dari kemasan maupun penggunaanya.
4.
Recyclable
Cardboard Laptop Concept
Dirancang oleh Je Sung Park, konsep
Laptop Karton harus dibuat dengan menggunakan kertas daur ulang atau pulp
kardus, yang dikemas dalam lapisan. Perbaikan sistem juga akan menjadi
pekerjaan mudah, karena bagian yang rusak dapat dengan mudah diganti dengan
yang baru dan dikirim untuk diperbaiki.
5. B&D messenger
Dirancang oleh Okada Noriaki, tekat dirinya sebagai cara
untuk kedua visual dan tuna rungu untuk berkomunikasi melalui pesan teks. Biaya
produk telah diturunkan dengan membuat badanya dengan kardus.
6. Samsung Blue Earth Phone
Perusahaan elektronik asal Korea
Selatan ini sempat merilis ponsel touchscreen yang ramah lingkungan. Casing
ponsel terbuat dari botol plastik bekas dan kotak pembungkusnya memakai tinta
dari kedelai. Meskipun terbuat dari bahan daur ulang, jangan anggap remeh
teknologinya. Blue Earth Phone memiliki kamera 3,2 Megapiksel, pemutar musik
dan video, Bluetooth, 3G dan slot microSDHC.
7. Stylish Headphones
Headphone keluaran Brit Ashcroft ini
membuktikan bahwa bahan daur ulang juga bisa tampil mewah dan elegan. Bagian
headband yang menghubungkan speaker headphone kiri dan kanan terbuat dari kayu
gitar akustik yang sudah tak terpakai. Beberapa elemen dari headphone ini juga
terbuat dari aluminum dan kulit pakaian bekas para musisi.
8. Centon DataStick Green
USB drive dengan kapasitas 2GB dan
4GB ini terbuat dari 100% material yang ramah lingkungan. Material pembungkus
komponennya terbuat dari aluminum dan plastik daur ulang.
9.
Timeless USB Watch
Design-Brother menciptakan 'Timeless
Watch', sebuah jam tangan yang terbuat dari komponen-komponen komputer bekas.
Menariknya lagi, jam ini juga bisa berfungsi sebagai USB dan mengisi ulang
baterai jam saat dicolokkan ke slot komputer.
10.
Corky the Kinetic Mouse
Siapa sangka mouse dengan motif unik
seperti batu marmer ini dibuat dari bahan daur ulang, Bagian luar mouse terbuat
dari gabus bekas dan elemen plastik.
11. Asus Bamboo Ecobook Computer
Casing laptop dengan desain klasik
ini terbuat dari plastik daur ulang, dan bagian pinggirnya terbuat dari
kardus.
12. Sprout Eco Friendly Watch
Kemasan pembungkus dan pengait jam
tangan ini terbuat dari pati jagung yang mudah terurai secara alami. Jarum
penunjuk waktu dibuat dari batang bambu serta talinya dari katun organik.
Sementara baterainya terbuat dari bahan bebas merkuri.
Diharapkan
nantinya produk-produk ramah lingkungan akan semakin banyak dan menjadi
prioritas bagi perusahaan atau vendor gadget pembuatnya, dan terus
mengembangkan desain dan inovasi bagi konsumen yang terus tumbuh dan
berkembang. Save our environment dengan menggunakan gadget ramah lingkungan.
Nama Kelompok :
1.
Muhammad
Rezqy (E1E1 09 024)
2.
I
Komang Ariana (E1E1 09 002)
3.
Nafia
(E1E1 09 087)
Sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar